Foto: Ilustrasi |
Kaliandanews, RAJABASA – Sejumlah warga Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan (Lamsel), sudah satu tahun belakangan ini selalu was-was saat hujan turun. Bukan tanpa alasan sejumlah warga tersebut merasa khawatir jika turun hujan, pasalnya rumah warga yang ada di dusun I sampai dengan IV di desa itu kerap diterpa banjir yang menggenangi kediaman mereka saat hujan turun, Jum’at (4/11)
Beberapa warga setempat menuturkan, terjadinya banjir yang kerap menerpa kediaman mereka berawal dari mulai beroperasinya dua perusahaan tambang batu didesa tersebut, yakni Wahana Bumi Selatan (WBS) dan Siger Area Jamrud Katulistiwa (SAJK) sejak beberapa tahun lalu.
Piok (52), salah seorang warga dusun I desa tersebut menuturkan, dirinya selalu resah saat hujan turun, sebab rumahnya selalu menjadi langganan banjir. “Saya selalu khawatir, kalo malam malem-malem suka gak bisa tidur kalo hujan, takut ada batu dari ates juga ngegelinding.”ungkap Piok saat ditemui dikediamannya.
Sementara Ipung (35) warga dusun itu juga mengungkapkan hal yang hampir sama, dia menuturkan jika hujan turun air bisa sampai sebetis sampai dengan selutut orang dewasa. Saat ditanya apakah warga desa pernah mengadukan hal tersebut ke kepala desa setempat, Ipung menyebutkan dirinya dan warga lainnya sudah mengajak kades setempat untuk meninjau lokasi rumah warga, yang kerap diterpa banjir namun sampai dengan saat ini tidak ada penyelesaian. “Bosan bilang ke aparat ujung-ujungnya nanti kita ribut sama orang.” Terang dia.
Dilokasi berbeda, Dusun IV Rt. 13 juga kondisinya tidak kalah memprihatinkan, sebab rumah warga tersebut juga selalu digenangi air apabila hujan turun, kondisipun diperparah dengan kondisi rumah warga yang semi permanen. “Dulu sebelum perusahaan WBS beroperasi gak pernah begini. Sekarang selalu banjir kalo ada hujan. Apalagi kondisi rumah kita begini (semi permanen, Red).” Terang Johani (40) sembari menujukan kondisi rumahnya.
Warga setempat berharap, persoalan banjir yang kerap melanda kediaman mereka segera bisa diselesaikan baik oleh pihak perusahaan yang pernah melakukan penambangan di desa tersebut maupun pemerintah setempat. “Dibenahi, biar gak begini lagi, biar bisa tidur kalo ujan, mudah-mudahan juga ada bantuan dari pemerintah.” Ungkap pria berjanggut itu.
Sementara, saat kami mendatangi kediaman Kepala Desa Setempat untuk mempertanyakan prihal permasalahan pasca tambang oleh kedua perusahaan Wahana Bumi Selatan (WBS) dan Siger Area Jamrud Katulistiwa (SAJK) itu, Rohaidi kades setempat menampik jika dirinya tidak tanggap dengan apa yang disampaikan warga desanya. “saya sudah beri tahu kepada pihak WBS (Wahana Bumi Selatan, Red), namun sampai dengan saat ini belum ada tanggapan dari pihak WBS.” Terang dia.
Dia juga mengaku kebingungan, sebab pihak penambang di desa tersebut pergi tanpa sepengetahuannya. “kayak siluman mereka,” celetuknya. Namun, saat dirinya memberitahukan prihal masalah banjir tersebut pihak WBS mengaku berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut, sebab setelah dirinya menyampaikan keluhan warga tersebut dirinya mengaku dijanjikan oleh orang yang WBS yakni Anton dan Doni. “Yang ngomong orang-orang marinir, udah dijanjikan ada perbagikan Cuma ternyata omdo doang.” Ujarnya.
Sementara, saat ditanya soal tidak adanya koordinasi yang dilakukan oleh pihaknya ke Kecamatan setempat, dirinya kembali mengelak dengan dalih tidak tahu prosedurnya. “saya tidak tahu bagaimana prosedurnya. Tapi kalo udah begini secepatnya saya akan koordinasi dengan kecamatan.” Elak dia.
Sebelumnya, pihak Kecamatan Rajabasa mengaku belum mengetahui prihal banjir yang kerap melanda desa tersebut sebab tidak adanya laporan terkait banjir tersebut dari desa.
“Belum masuk kesini laporannya. Kita tidak tahu masalah itu.” Ujar Seksi Pemerintahan kecamatan setempat Lahuddin. (Kur)
0 komentar: